asalamualaikum

indanhya kalu kita sering berbagi antar sesama manusia

Sabtu, 26 November 2011

HORMON DAN MONOPAUS

Rasa gelisah, takut, kurang percaya diri-pada orang yang semula tenang dan penuh percaya diri-tidak selalu berarti gangguan jiwa. Keluhan pusing, berkeringat banyak, dada berdebar-debar, juga belum tentu gangguan kardiovaskular.

Bisa jadi semua itu pertanda kekurangan hormon estrogen. Apalagi jika terjadi pada wanita berusia sekitar 40 tahun. Di negara maju keluhan itu diatasi dengan terapi hormon. Masalah ini mengemuka dalam jumpa pers Perkumpulan Menopause Indonesia (Permi) menjelang Kongres I Menopause Andropause Indonesia, Senin (10/9) lalu.

Menurut Ketua Panitia Kongres Dr dr Ichramsjah A Rachman SpOG KFer dari Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM), kongres akan berlangsung Sabtu-Minggu pekan ini. Temanya, "Peningkatan Kualitas Manusia Menopause-Andropause Indonesia pada Era Milenium III".

Menurut dr med Ali Baziad SpOG KFer yang juga dari FKUI-RSCM, pada wanita menopause banyak timbul keluhan akibat kekurangan hormon estrogen. Keluhan itu seperti berdebar-debar, berkeringat banyak, pusing, gelisah, diserang perasaan takut, kurang percaya diri, cemburu berlebihan, sakit saat berhubungan dengan suami, gairah seksual menurun, mata kering, kerongkongan kering, serta nyeri tulang dan otot.

Dalam jangka lima sampai 10 tahun setelah menopause, timbul masalah seperti osteoporosis (tulang rapuh), penyakit jantung koroner, demensia (linglung atau pikun) misalnya Alzheimer, stroke serta inkontinensia urin (mudah mengompol).

Dianggap alami

Masalahnya, kebanyakan kaum wanita menganggap menopause merupakan sesuatu yang wajar. Keluhan yang timbul dianggap sebagai proses alami dan tidak merasa perlu diobati.

"Tidak jarang para suami, yang melihat perubahan yang terjadi pada istri, yang justru datang ke dokter untuk berkonsultasi. Ada kasus wanita eksekutif yang menjadi kacau, mudah marah, pelupa, dan membuat sejumlah keputusan yang salah. Hal ini membuat lingkungan bekerja dan keluarga menjadi serba salah," tutur Ali.

"Kasus lain, seorang wanita mengalami depresi berat. Hasil pemeriksaan menunjukkan, para wanita itu mengalami kekurangan hormon estrogen. Setelah diberi hormon pengganti, kondisi mereka membaik," tambahnya.

Banyak orang khawatir menggunakan hormon karena takut kena kanker payudara. Mereka lebih berani menggunakan obat-obatan seperti anti nyeri, obat tidur, obat rematik, atau obat jantung selama bertahun-tahun tanpa takut terhadap efek samping.

"Padahal, terapi hormon sangat banyak manfaatnya. Yang paling jelas, mengatasi depresi. Selain itu, meningkatkan kualitas hidup, bisa melakukan hubungan suami-istri tanpa rasa sakit, mempertahankan kekenyalan otot, kulit tidak keriput, serta mengatasi masalah inkontinensia," ujar Ali.

Sejauh ini di Indonesia belum ada kasus kanker payudara akibat terapi hormon. Kasus kanker payudara yang ada bukan akibat terapi estrogen. Untuk mengantisipasi, dianjurkan mamografi setiap dua tahun sekali.

Ichramsjah menambahkan, sebelum terapi, pasien akan diperiksa kesehatannya, termasuk deteksi dini kanker mulut rahim dan payudara dengan Pap-smear dan mamografi. Untuk mencegah kejadian tumor atau kanker, kini digunakan gabungan hormon (estrogen-progesteron) dalam dosis rendah. Cara pemberian hormon bermacam-macam. Yang dianjurkan adalah koyok, tablet, atau krim. Sedang suntik dan implant merupakan pilihan terakhir.

dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar